Apalah Arti Sebuah Motivasi ?
Sesekali saya suka membaca buku motivasi. Jika sering kali,
maka status saya berubah menjadi “penuntut motivasi”, bukan “penuntut ilmu”.
Seseorang yang mengkalim sebagai penuntut ilmu haruslah lebih banyak membaca
buku yang berkaitan dengan ilmu syar’i daripada
selainnya. Jika banyak membaca novel, apalagi roman picisan, banyak membaca
komik, apalagi Crayon Sinchan, maka
sungguh tidak layak mengatakan “saya penuntut ilmu”.
Bagi kalian yang membaca buku motivasi, ketahuilah, bahwa
motivasi itu tidak berarti. Motivasi itu hanya mengagumkan diawalnya saja,
menakjubkan hanya pada hentak pertama. Kita berdecak kagum,ber- ckck, ber-waah, namun tak selang beberapa lama, motivasi akan menjadi basi.
Tak sedap lagi. Salahkah membaca motivasi? Tentu tidak. Toh sudah dijelaskan
diawal, bahwa saya pun seorang pembaca buku motivasi dan tak jarang memotivasi
orang lain. Jadi, mengapa memotivasi dikatakan tak berarti? Sabar. Belum
lengkap.
Motivasi itu tidak berarti dan cepat menjadi basi, jika....
tidak membuahkan aksi. Misal, kita membaca biografi Syaikh Al-Albani rahimahullah, lantas terpesona dengan
kedisiplinan beliau dalam mengatur waktu, ketelitian beliau dalam men- takhrij hadis, keilmuan beliau, mulianya
akhlak beliau, kecerdasan, tajamnya pikiran beliau, dan lain sebagainya. Kita
pun termotivasi! Namun, kita tidak mempraktikkannya, tidak mencoba
mengikutinya, alias hanya semangat diawal saja. Maka motivasi itu tidak
berarti. Ia membiarkan motivasi itu menguap persis tetesan embun di atas
dedaunan hijau kala pagi hari, yang akan lenyap tiada berbekas ketika matahari
kian meninggi.
Contoh lainnya yang saya dapat dari seorang dosen adalah
sosok seorang pemain sepak bola, yang menggiring bola ke depan gawang lawan.
Dia mengelabui para defender dengan
aksi individu yang memukau. Bahkan ia berhasi mengocek kiper! Hanya satu
sentuhan saja, bola akan masuk ke gawang! Ratusan ribu suporter dan penonton di
stadion seluruhnya berteriak memotivasi, “Ayo Tendang!” Akan tetapi, jika ia
tidak menendang, maka tidak akan terjadi gol.
Begitu pula Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasalam. Beliau memotivasi umatnya untuk masuk ke dalam surga.
Beliau telah menjelaskan inilah jalan surga secara sempurna, hingga sejengkal
pun tak luput darinya. Akan tetapi jika kita enggan menaatinya, tidak mau
meniti dan menapaki jalan menuju surga yang telah dijelaskannya, maka kita
tidak akan masuk surga meskipun yang memotivasinya adalah sosok semulia
Rasulullah. Begitu pula nasihat indah, wejangan yang memesona, semua itu tidak
berguna jika kita tidak mengamalkannya.
Silahkan memberi motivasi, menulis buku berisi motivasi,
mengisi seminar motivasi, tapi jangan lupa untuk memperingatkan bahwa motivasi
tanpa aksi itu tak ada arti. Silahkan membaca buku motivasi, meminta seseorang
memotivasi diri, tapi jangan lupa untuk sadar, bahwa sejatinya motivasi yang
tak membuahkan aksi akan kehilangan esensi.
Motivasi hanya menjelaskan cara. Ada cara untuk menjadi kaya.
Motivator tidak memberikan kita rupiah. Ada cara untuk menjadi hidup bahagia.
Mereka tidak memberikan kehidupan yang bahagia. Rasulullah menunjukkan cara
menuju surga. Beliau tidak memberikan kita surga. Jadi, semua hanya ada pada
diri kita. Maukah kita menjadikan motivasi itu berarti dengan aksi? Ataukah
menjadikan motivasi itu basi dengan hanya berdiam diri? Apalah arti sebuah
motivasi, jika tidak berbuah aksi?
Sumber : Nuryusmansyah, Roni. 2014. "Jika Ustaz Jadi Wasit : Kumpulan Artikel Islami & Inspiratif", Jakarta: PT Elex Media Komputindo